Halaman

Pengikut Yesus atau Pengikut Israel?


Saat ini masyarakat kembali lagi disuguhkan dengan berita konflik berdarah antara Israel dan Palestina. Konflik ini memang sudah berlangsung lama dan sudah menimbulkan cukup banyak korban jiwa termasuk anak-anak. Ada yang mati-matian membela Israel dan ada yang mati-matian membela Palestina karena terprovokasi oleh isu agama, ada yang bersikap netral dan menghendaki perdamaian dengan alasan kemanusiaan, tetapi ada juga yang cuek atau tidak peduli. 
Saya akan membahas hal ini dari kacamata saya sebagai umat Kristen, pengikut Yesus, dan lebih fokus pada umat Kristen dan Israel. 

Sebagai orang Kristen, kita mungkin memiliki kecenderungan berpihak pada Israel. Ketika berbicara tentang Israel, kita seperti terkoneksi secara otomatis dengan kepercayaan kita sebagai umat Kristen. Sebab, dalam Alkitab bangsa Israel disebutkan sebagai bangsa pilihan Allah dan dari bangsa itu lahir Sang Mesias yaitu Yesus Kristus. Kata Israel dan Yerusalem sering disebut atau didengar oleh kita ketika Alkitab dibacakan, khotbah dibawakan, dan lagu/mazmur dinyanyikan, sehingga tersimpan dalam pikiran dan alam bawa sadar kita. Semua itu kemudian menghasilkan rasa cinta atau rasa memiliki (sense of belonging) pada Israel, seperti yang kita rasakan pada gereja atau agama kita. Kita merasa menjadi bagian dari Israel dan ikut bangga dengan keberhasilan Israel. Kita akan dengan mudah berempati terhadap Israel dalam perjuangannya, dan antipati terhadap musuh Israel khususnya Palestina. 

Konflik ini menjadi hal yang sangat sensitif ketika mulai dihubungkan dengan agama. Israel mewakili agama Kristen dan Palestina mewakili agama yang lain. Apalagi ketika sudah ada potensi kekecewaan, kebencian atau fobia terhadap agama tertentu yang disebabkan oleh teror, dll, adanya ketidaktahuan atau pemahaman yang salah akan isi Kitab Suci, dan yang paling parah ketika kita dengan mudahnya terprovokasi oleh isu agama di medsos atau narasi agama yang dipolitisasi oleh pihak tertentu.
Padahal, konflik ini sebenarnya terjadi karena politik perebutan wilayah kekuasaan, bukan karena agama. Di Israel, umat Kristen itu hanya minoritas, hanya sekitar 2 persen dari total populasi Israel. Di Palestina juga ada umat Kristennya, meskipun hanya 1 persen dari total populasi Palestina.

Jika kita tidak menyadari atau menolak fakta di atas, tentu akan mempengaruhi cara berpikir kita menjadi lebih subjektif dan mengesampingkan kebenaran. Kita menjadi sangat mudah mengatakan Israel benar, tetapi sulit untuk menerima dan mengatakan Israel salah, meskipun mereka berbuat salah. Namun, saya pribadi mencoba untuk keluar dari bingkai Israel dalam Perjanjian Lama, agar bisa melihat kebenaran dari sudut pandang ajaran Yesus dalam Perjanjian Baru.

Saya teringat pada tahun 2017, saya pernah mengajukan pertanyaan dan keberatan di media sosial atas konflik berdarah yang terjadi antara Israel dan Palestina selama ini.
Pertanyaan dan keberatan saya seperti ini:

Apakah Yesus senang atau tidak dengan perang, pembunuhan, dsb, yang terjadi antara Israel dan Palestina? Apakah yang dilakukan Israel benar atau tidak? Soalnya ada umat Kristen yang terlalu memuji-muji Israel dalam peperangan.

Ini menjadi konflik batin bagi saya karena di satu sisi, dalam Kitab Suci Perjanjian Lama Israel disebutkan sebagai bangsa pilihan Allah. Tetapi di sisi lain, Israel melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yesus dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Ya jelas saja, Yesus sendiri pun dibunuh oleh bangsanya sendiri, dan hingga sekarang mayoritas penduduk Israel beragama Yahudi bukan Kristen.

Bagi saya pribadi, fanatisme berlebihan itu berbahaya karena bisa menutup hati nurani dan akal sehat kita. Sebagai seorang Kristiani, kita sebaiknya berdiri di atas kebenaran ajaran Yesus tanpa dibatasi sekat agama, status, dll. Perintah Yesus jelas, yaitu supaya kita saling mengasihi, seperti Tuhan telah mengasihi kita (lih. Yoh. 15:12).
Bahkan, Yesus pun mengajarkan kita untuk mengampuni, mengasihi, dan mendoakan musuh. Ajaran Yesus tetap dan tidak berubah sepanjang masa.

Mungkin ada yang bisa menjawab atau memberikan pencerahan dengan tenang dan tanpa emosi, karena ilmu agama saya belum dalam. Soalnya jaman now, susah untuk membedakan mana pengikut Yesus dan mana pengikut Israel.

Pertanyaan dan keberatan saya ini kemudian ditanggapi oleh sahabat-sahabat saya di FB. Ada jawaban yang cukup netral, tetapi ada juga jawaban yang cenderung berpihak ke Israel. Saya hanya memilih beberapa jawaban saja dan saya mulai dulu dari jawaban yang netral. Berikut kutipannya:

✅ Jawaban A:
Saya akan mencoba jawab per point:

1. Perang atau pembunuhan yang terjadi antara Israel dan Palestina, juga yang terjadi antara bangsa lain, tidak pernah disenangi atau direstui oleh Tuhan Yesus.

 2. Perbuatan Israel secara bangsa adalah bagian dari penggenapan Nubuatan Alkitab tentang akhir zaman, tetapi tindakan saling membunuh ada di luar kehendak Tuhan.

3. Israel bangsa Pilihan Allah adalah benar dalam arti melalui mereka akan lahir Mesias, tetapi sikap mereka yang tegar tengkuk juga dihukum oleh Tuhan, sampai sebagian dari mereka di kerat dan orang kafir menerima keselamatan karena kekerasan mereka.

4. Fanatisme Kristen membela Israel secara berlebihan itu tidak Alkitabiah karena Israel sebenarnya secara agama Yahudi tidak sama dengan Kristen, karena Kristen berpusat pada Kristus sementara Israel (Yahudi) menolak Kristus.

5. Ajaran Yesus dalam iman Kristen untuk saling mengasihi dan mengampuni itu benar dan tidak dapat ditawar dengan alasan atau atas nama apapun.

6. Pengikut dan penyanjung Israel secara lahiriah jelas sangat bertentangan dengan pengikut Yesus. Hanya saja Israel secara jasmani di PL dapat menjadi pembelajaran secara rohani bagi Orang Kristen dalam hal Allah sang pembela umat-Nya, tetapi dalam Kristen, pembelaan sudah tidak persis sama dengan pengalaman perang Israel karena bagi Kristen peperangan bukan lagi dengan darah dan daging, tetapi melawan roh jahat di udara.

✅ Jawaban B:
Pertikaian, permusuhan, dan pembunuhan jelas bertentangan dengan ajaran Yesus (Kristen). Namun, apa yang terjadi sekarang tampaknya sebagai mulai digenapinya nubuatan dalam kitab Zakaria 12, dan kemungkinan akan terus berproses hingga suatu saat Yerusalem akan dikepung bangsa-bangsa sebagai bagian dari tanda kedatangan Kristus kedua kali (Luk. 21:20).

Kedua jawaban ini cukup netral bagi saya, dan saya sepakat. Jawaban A membahas topik secara lebih luas, dan jawaban B lebih fokus pada runtuhnya Yerusalem dan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya pada akhir zaman.

Selanjutnya jawaban dari sahabat saya yang lebih berpihak ke Israel yang cukup menarik untuk saya tanggapi. Seperti inilah diskusi singkatnya:

✅ Sahabat saya:
Hmmm.... Kalau menurut saya tanpa emosi yaa..., cuma tukar pikiran saja. Di Alkitab sudah tertulis, jika Israel ini memang tegar tengkuk kan? Tetapi Allah sayang sekali mereka seperti biji mata-Nya sampai DIA mengatakan, siapa yang mengutuk israel akan dikutuk dan siapa yang memberkati israel akan diberkati. Well, Tuhan punya hitungan sendiri yang tidak akan pernah masuk dalam akal kita yang kecil karena DIA terlalu besar.
Jadi bagiannya kita, PERCAYA saja, tetap kerjakan keselamatan, sisanya bagian Tuhan. Roh Kudus akan membawa kita pada kebenaran demi kebenaran asalkan kita tetap percaya, maka mukjizat yang dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya tidak pernah berubah, akan terjadi pada kita orang percaya. Demikian pak dari saya yang masih belajar juga, semoga bisa memberkati. 😇

✅ Saya:
Saya cuma bertanya kan? Hehehe.... Jadi saya tidak akan perpanjang lagi, takut jika sudah bercerita kutuk. Bagi saya yang penting Israel melaksanakan kebaikan yang diajarkan Yesus dalam Perjanjian Baru. Sebab intinya Yesus sebagai anak Allah, bukan Israel, karena Israel hanya bagian dari rencana penyelamatan Allah dalam KS Perjanjian Lama. Kita tidak akan tahu kapan ajal kita, yang penting bagi kita lakukan saja kebaikan. ☺

✅ Sahabat saya:
Hahaaha.... Saya juga cuma menyampaikan, tetapi itu tidak mungkin, karena Israel tegar tengkuk. Walaupun kepandaian mereka itu 8x lipat dari orang paling pandai di dunia ini, tetapi mereka sepertinya tidak akan melakukan itu. Tetapiii..., Tuhan akan tetap selamatkan mereka, bukan karena perbuatan baik atau jahat mereka, tapi karena ada PERJANJIAN pada nenek moyang Israel yang tidak akan mungkin Tuhan langgar. Hehehhe itu kata Alkitab. Selamat pagi.

✅ Saya:
Saya sebenarnya lebih suka referensi dari Perjanjian Baru. Mungkin ini maksud Rasul Paulus dalam surat kepada umat di Roma pasal 2, bahwa hukuman Allah atas semua orang, apakah itu orang Yahudi, Yunani, dsb, karena Allah tidak memandang bulu. Selanjutnya pasal 3, dst, bahwa semua manusia berdosa dan manusia dibenarkan karena iman dalam Kristus.
Jadi menurut saya, Israel itu sama seperti kita. Kalau Israel adalah bangsa pilihan, tetapi kita akan bisa menjadi orang pilihan Allah. Hanya orang beriman dan melaksanakan kehendak Allah yang diselamatkan karena Allah tidak pandang bulu. Jika Israel jauh dari Allah maka mereka tidak selamat. Mudah-mudahan segera datang masa di mana Israel bertobat dan percaya kepada Yesus.
Dalam Perjanjian lama Allah pernah murka kepada bangsa Israel karena berbuat dosa (melanggar hukum Taurat); dan dalam Perjanjian Baru Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapi. Jadi, selama Israel melaksanakan Sepuluh Perintah Allah dan Hukum Cinta Kasih yang dibawa Yesus mereka akan selamat, karena Allah itu adil terhadap semua orang.
Kira-kira seperti itu pemahaman saya hehehe... Thanks sudah bertukar pikiran dan memberi masukan. 👍

Demikianlah sekilas diskusi sehat antara saya dan sahabat-sahabat saya. Dari diskusi ini kita kemudian bisa menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran kita masing-masing. 

Dalam Perjanjian Lama bangsa Israel memang disebutkan sebagai bangsa pilihan Allah, karena dari bangsa ini lahir seorang Mesias yaitu Yesus Kristus seperti yang pernah dinubuatkan oleh para nabi mulai dari kedatangan hingga kematian-Nya. Namun pada kenyataannya, dalam Perjanjian Baru Yesus ditolak dan dibunuh oleh bangsa-Nya sendiri. Mereka menolak jika Yesus adalah Mesias yang dinantikan mereka selama ini dan secara otomatis mereka pun menolak Kitab Suci Perjanjian Baru. 
Dalam Perjanjian Lama Allah pernah murka kepada bangsa Israel karena berbuat dosa, dan dalam Perjanjian baru pun Yesus sering mengkritik kemunafikan dan kebobrokan yang ada dalam kehidupan bangsa-Nya sendiri khususnya kehidupan para imam, ahli Taurat, dan kaum Farisi. 
Allah itu adil terhadap semua orang dan akan menghukum setiap orang yang bersalah tanpa pandang bulu. Hanya orang yang beriman kepada Yesus dan melakukan kehendak-Nya yang akan dibenarkan dan selamat. 
Jadi, kalau Israel benar katakan benar, kalau Israel salah katakan salah. Sebab bangsa Israel sama seperti kita, hanya sekumpulan orang yang bisa berbuat dosa, begitupun dengan bangsa Palestina. Semoga bangsa Israel segera bertobat dan percaya kepada Yesus. Semoga segera tercipta perdamaian di dunia ini khususnya antara Israel dan Palestina. Tuhan memberkati! 🙏

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky