Halaman

Memberi Sedekah yang Benar menurut Alkitab


Sedekah merupakan salah satu contoh perbuatan baik dari sekian banyak perbuatan baik yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain khususnya mereka yang membutuhkan pertolongan. Sedekah berarti pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya sesuai dengan kemampuan pemberi. Pemberian sedekah mungkin terdengar sangat biasa bagi kita karena sering terjadi dalam kehidupan kita manusia setiap hari. Namun, apakah cara kita bersedekah atau membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan kita sudah benar-benar sesuai dengan ajaran Yesus sendiri? 

Alkitab banyak berisi ajaran Yesus tentang iman dan perbuatan baik termasuk sedekah. Alkitab merupakan pedoman hidup setiap umat Kristen (pengikut Kristus) agar tidak salah jalan, tidak salah dalam melangkah; karena Yesus Kristus adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup itu sendiri (lih. Yoh. 14:6).
Oleh sebab itu, sebelum membahas lebih jauh tentang cara bersedekah yang baik menurut Alkitab, kita baca dulu sabda Tuhan dalam Matius 6:1-4 untuk dijadikan sebagai pedoman dalam kita bersedekah atau menolong orang lain.

Hal memberi sedekah

6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Dalam Matius 6:1-2, Yesus dengan tegas dan jelas melarang kita untuk melakukan kewajiban agama agar dilihat orang. Yesus melarang kita memberikan sedekah agar dipuji orang seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan lorong-lorong. Jangan memamerkan kedermawanan kita di depan banyak orang untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian. 
Jika kita tetap melakukan apa yang dilarang Yesus ini maka kita hanya akan memperoleh upah dari manusia, bukan upah dari Bapa yang di Sorga.
Jadi, sangat penting untuk diingat bahwa kata "jangan" yang diucapkan Yesus adalah sebuah larangan. Setiap larangan yang dilanggar pasti ada balasan atau hukumannya.

Selanjutnya, dalam Matius 6:3-4 Yesus berkata, "Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Yang jadi pertanyaan dari ucapan Yesus ini adalah bagaimana caranya orang mencegah agar perbuatan tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya, sedangkan yang mengontrol kedua tangan itu adalah otak yang sama? Perbuatan tangan kanan pasti akan diketahui tangan kiri, begitupun sebaliknya, karena kedua tangan itu dikontrol oleh otak yang sama. Jadi, ucapan Yesus ini tidak bisa ditafsirkan secara literal/harfiah. Ucapan Yesus ini jelas bersifat paradoks. Di dalam Alkitab ada banyak contoh kata-kata Yesus yang bersifat paradoks. 

Merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradoks berarti pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks. 
Contoh paradoks yang terkenal adalah Grandfather Paradox yang merupakan sebuah paradoks waktu sederhana dalam bentuk pertanyaan, yaitu: “Jika Anda bisa kembali ke masa lalu dan membunuh kakek anda (saat kakek anda masih muda), apa yang akan terjadi selanjutnya?” 
Orang-orang pada awalnya mungkin akan dengan spontan menjawab bahwa si kakek akan meninggal dan dikuburkan, atau kita tidak akan ada di dunia. Akan tetapi, jawabannya tidak sesimpel itu. Sebab, jika kita membunuh kakek kita maka orang tua kita tidak akan lahir di dunia, sehingga secara otomatis kita juga tidak akan lahir di dunia. Lalu, kalau kita tidak lahir ke dunia ini, siapa yang akan membunuh kakek kita? Pusing memikirkannya? Itulah Paradoks, memang memusingkan hehehe... Namun, membunuh kakek ini cuma contoh paradoks, jangan dilakukan karena membunuh bukan contoh perbuatan baik dan merupakan dosa besar, perbuatan itu dilarang Tuhan.

Ada juga contoh paradoks klasik yang sering dipakai oleh orang-orang Atheis (orang yang percaya tidak adanya Tuhan) untuk mempertanyakan kemahakuasaan Tuhan, yaitu Omnipotence Paradox atau paradoks Kemahakuasaan yang disebut juga Paradoks Batu. Omnipotence berasal dari bahasa Latin, yaitu omni yang artinya semua dan potens yang artinya kuat, sehingga Omnipotence dapat diartikan sebagai Yang Mahakuasa. Paradoks ini mengatakan, "Jika Tuhan Mahakuasa, dapatkah Tuhan membuat batu yang sangat berat sehingga Dia sendiri tidak sanggup mengangkatnya?"
Jika jawabannya ya, maka itu berarti Tuhan tidak mahakuasa karena Dia tidak mampu mengangkat benda tadi, dan jika jawabannya tidak maka itu berarti Tuhan tidak mahakuasa karena Dia tidak dapat menciptakan benda seperti yang dimaksud.
Dalam paradoks ini manusia berusaha menyangkal Tuhan Yang Mahakuasa, yang tidak terbatas, dengan logikanya yang terbatas. Akan tetapi, paradoks ini sebenarnya bisa dipatahkan dengan argumen tertentu, dan itu akan saya bahas di lain waktu. 

Kembali ke ucapan Yesus dalam Matius 6:3-4. Dari ucapan Yesus ini terlihat bahwa Yesus sedang memberi tahu kita sesuatu yang berlawanan secara simbolis, agar kita berusaha untuk tidak mengetahui secara sadar apa yang sedang kita lakukan dalam membantu orang lain khususnya dalam bersedekah. Meskipun pada kenyataannya, kedua tangan kita sering bekerja bersama-sama atau berpasangan, dan dikontrol oleh otak yang sama, sehingga apa yang dilakukan tangan yang satu pasti diketahui tangan yang lain. 
Jadi, ucapan Yesus ini mengandung pesan bahwa bukan hanya agar pemberian atau perbuatan baik kita tidak diketahui orang lain atau tidak dipamerkan (Mat 6:1), tetapi juga agar kita tidak terus-menerus membicarakan atau mengungkit hal itu.
Kita harus melupakan, tidak lagi mengingat-ingat bahkan menghitung-hitung pemberian atau perbuatan baik kita itu, apalagi mengharapkan balasan dari orang lain khususnya orang yang kita tolong. Kita tidak boleh membanggakan diri dengan pamer atau menceritakan semua perbuatan baik kita dalam menolong orang lain khususnya dalam bersedekah. Jangan memamerkan kedermawanan kita di depan banyak orang untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian orang lain. 

Dalam Matius 25:37-39, Yesus memberitahu kita bahwa pada hari penghakiman nanti orang-orang benar akan sungguh-sungguh tidak sadar tentang perbuatan-perbuatan baik yang telah mereka lakukan untuk Tuhan selama mereka hidup di dunia ini. Mereka akan menjawab sang Hakim, "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?" 
Orang-orang benar itu sungguh-sungguh tidak sadar akan perbuatan-perbuatan baik yang telah mereka lakukan untuk Tuhan, yang telah menyenangkan hati Tuhan.

Perbuatan baik seperti memberikan sedekah yang dilakukan untuk pamer tidak disukai Allah. Rasul Yakobus memperingatkan kita terhadap dosa kesombongan. Dia mengingatkan kita bahwa Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati (Yak. 4:6). 
Pemberian yang dilakukan dengan sedih hati atau karena paksaan pun tidak disukai Allah. Rasul Paulus mengatakan bahwa hendaklah kita memberi dengan penuh kerelaan hati, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2Kor. 9:7). 
Yang terakhir dan yang sangat penting adalah Allah menyukai pemberian yang mengandung pengorbanan. Dalam Lukas 21:1-14, Yesus memuji seorang janda miskin yang memberikan persembahan dari segala kekurangannya. Persembahan janda miskin ini merupakan contoh pemberian yang penuh pengorbanan.

Dalam hidup ini ada banyak contoh orang yang melakukan perbuatan baik dengan memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan, meskipun harus mengorbankan uang, waktu, tenaga, dll. Kasih dalam hati bisa membuat orang tergerak untuk melakukan perbuatan baik dan berkorban. Pemberian yang dilakukan berdasarkan kasih, kerelaan, sukacita, dan pengorbanan akan membuat kita berada pada level kasih tertinggi, yaitu "agape". Dalam Yohanes 15:13 Yesus mengatakan, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya". Yesus sendiri telah memberi contoh dengan mengorbankan diri-Nya. Dia rela menderita dan wafat di Salib karena cinta Allah yang begitu besar kepada manusia. Yesus yang adalah Allah rela memberikan dirinya sendiri dihina, disiksa, dan dibunuh manusia demi menyelamatkan seluruh umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian kekal.

Jadi, di saat kita melakukan perbuatan baik dalam hal ini bersedekah, kita harus selalu memperhatikan ajaran dan larangan Yesus ini. Manusia sudah diberikan hati, akal budi, dan kehendak bebas (free Will) oleh Tuhan agar bisa menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri dan sesamanya manusia.
Sebagai manusia yang beriman, kita harus senantiasa memohon bimbingan dan kekuatan dari Roh Kudus agar kita tidak salah dalam melangkah dan mampu melaksanakan apa yang diajarkan Yesus. Apapun bentuknya, berapapun nilainya, pemberian kita akan menjadi berharga di mata Tuhan jika itu diberikan berdasarkan "kasih, kerelaan, sukacita, dan pengorbanan". Bukan untuk pamer, untuk mendapatkan pujian, dan mengharapkan imbalan/balasan dari manusia.
Terima kasih, Tuhan memberkati! 🙏

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky