Sebelum ini saya pernah sharing pengalaman sekaligus membahas tentang cara mengontrol lidah kita dalam hal makan dan minum. Sekarang saya akan membahas cara mengontrol lidah kita dalam hal bertutur kata yang tentunya berpedoman pada Alkitab.
Cara mengontrol lidah dalam hal makan dan minum bisa dibaca dalam link di bawah ini:
Sebelum kita membahas cara mengontrol lidah kita dalam hal bertutur kata, kita baca dulu Yakobus 3 yang akan kita jadikan sebagai pedoman dalam bertutur kata yang baik.
Yakobus 3
3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.
3:6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,
3:8 tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Bro and sis, kita pasti pernah atau sering mendoakan perdamaian dunia, perdamaian bangsa dan negara, hingga perdamaian dalam keluarga, dalam setiap doa pribadi kita sendiri atau doa bersama. Doa ini adalah berkat yang keluar dari mulut kita, tetapi sayangnya, dari mulut kita juga terkadang keluar kutuk atau perkataan yang tidak menyenangkan yang kemudian menciptakan atau memperbesar masalah.
Yang kerap kali menjadi pertanyaan, bagaimana caranya agar perdamaian itu bisa terwujud mengingat banyaknya perkataan menyakitkan yang keluar dari mulut orang atau banyaknya peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi yang membuat orang-orang sulit berdamai?
Damai itu tentu harus dimulai dari diri sendiri sebelum kita berharap orang lain berdamai dengan diri kita. Kasih menjadi dasar terciptanya perdamaian. Perintah untuk saling mengasihi adalah perintah Yesus sendiri yang harus kita wujudkan dalam bentuk perbuatan baik atau perbuatan kasih (lih. Mat. 22:37-40; Mrk. 12:29-31; Yoh. 15:12-14; Mat. 25:35-40).
Di mana ada cinta kasih di situ ada pengampunan dan damai. Jika kita berada dalam masalah yang kita buat sendiri atau ikut terseret dalam masalah orang lain, kita harus tetap menjaga agar api cinta kasih itu tetap menyala dalam hati kita, tidak padam berganti api amarah, kebencian, dan dendam. Kita harus belajar bersabar, berpikir positif, saling memaafkan, saling memahami, saling menghargai dan menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kita harus menciptakan toleransi dengan orang lain sehingga kita dapat belajar untuk menerima dan menghargai perbedaan.
Untuk mencegah kita membuat masalah atau memperbesar masalah, maka kita dapat memulainya dengan mengontrol salah satu anggota tubuh kita yang kecil yaitu lidah. Menurut Yakobus, lidah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kehidupan seseorang. Lidah bisa mengeluarkan berkat, bisa pula mengeluarkan kutuk, sehingga sangat penting bagi kita untuk mengontrol lidah kita atau menjaga lisan kita. Untuk itu, kita akan mulai membahas ayat-ayat dalam Yakobus 3.
Yakobus 3
3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Ayat 1 dan 2 berisi tentang peringatan kepada orang-orang yang suka menjadi guru atau suka menggurui. Kata "guru" dalam Yakobus 3 ini mempunyai dua arti. Yang pertama, guru menurut KBBI berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan yang kedua, guru memiliki arti yang mirip dengan kata kerjanya yaitu "menggurui", yang menurut KBBI menggurui berarti yang menjadikan dirinya sebagai guru (dengan mengajari, menasihati, dsb).
Arti kata guru yang kedua atau kata menggurui ini cenderung berkonotasi negatif, contohnya dalam kalimat:
- "Kamu tidak perlu menjadi guru bagi kami."
- "Kamu tidak perlu menggurui kami."
Kedua kalimat ini sering ditujukan untuk orang-orang yang dianggap sok menggurui, sok mengajari, atau sok menasehati.
Jadi, maksud Yakobus memberikan peringatan agar banyak orang jangan mau menjadi guru adalah bukan untuk melarang kita untuk berprofesi sebagai guru, tetapi agar kita jangan sok menjadi guru atau sok menggurui orang lain. Sebab, orang yang suka menggurui biasanya akan merasa selalu benar atau merasa tidak salah, dan akan memaksakan kehendaknya kepada orang lain meskipun berada di waktu, tempat, dan situasi yang tidak tepat. Terkadang juga mereka menggunakan kata-kata yang kurang tepat sehingga orang yang diajari, dinasehati, ditegur, atau dikritik merasa tersinggung, direndahkan, atau dipermalukan. Bahkan ada orang yang suka menggurui, tetapi tidak punya pengalaman dan dasar pengetahuan yang kuat tentang apa yang diajarkannya, atau dia belum pernah melakukan apa yang diajarkannya, baru sebatas perkataan saja. Jika kita merasa sering melakukan hal-hal di atas berarti kita termasuk orang yang suka menggurui.
Dalam situasi tertentu, ketika teguran/kritik kita tidak didengarkan, kemauan kita tidak dituruti, maka kata-kata kita menjadi sulit dikontrol karena mulai dikuasai emosi dan keluarlah kata-kata keras/kasar. Kita memaksakan pola pikir atau sudut pandang kita, tanpa berusaha melihat dan memahami pola pikir atau sudut pandang orang lain. Kita terlalu banyak mengambil porsi berbicara dan sangat sedikit mendengarkan. Kita merasa bahwa kitalah yang benar sehingga perkataan dan kehendak kita yang harus didengarkan dan dituruti. Pada saat inilah kita sedang menggurui orang lain.
Kita semua sebenarnya bisa mengajar meskipun kita bukan berprofesi sebagai seorang guru, asalkan kita punya pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang hal yang akan kita ajarkan. Namun, yang terpenting kita harus belajar Firman Tuhan yang akan menjadi dasar hidup kita agar bisa mengajar orang lain dengan baik dan bijak. Untuk mengetahui kualitas seseorang, apakah dia baik dan bijak serta bisa dimintai ajaran atau nasihat, bisa kita dengar dan lihat dari perkataan dan perbuatannya.
Dalam Alkitab para tua-tua, sesepuh, atau orang yang dituakan sering dimintai ajaran atau nasihatnya karena usia dan pengalaman mereka. Hal ini sesuai dengan peribahasa yang mengatakan, "Pengalaman adalah guru terbaik". Dengan banyaknya pengalaman yang mereka punya seiring bertambahnya usia, maka semakin banyak pula pengetahuan mereka akan hidup ini yang membuat mereka semakin bijaksana. Begitupun yang terjadi di jaman now ini. Orang tua atau orang yang lebih tua sering mengajari atau menasehati orang yang lebih muda. Tua-tua adat mengajari masyarakat awam tentang adat, guru mengajari anak-anak di sekolah, sedangkan orang tua mengajari anak-anaknya di rumah, dll.
Dalam dunia pekerjaan, organisasi, dll, seseorang yang dianggap senior meskipun berusia lebih muda bisa mengajari juniornya yang berusia lebih tua, bos/pimpinan yang lebih muda bisa mengajari anak buahnya yang lebih tua. Itu terjadi karena pengalaman dan pengetahuan orang yang mengajar dianggap lebih banyak, atau karena profesionalitas kerja antara atasan dan bawahan. Namun, yang perlu dicatat adalah perkataan dan kehendak bos/pimpinan harus dituruti dengan alasan profesionalitas kerja.
Jadi, bukan cuma guru yang bisa mengajar, tetapi orang yang tidak berprofesi sebagai guru pun bisa mengajar asalkan punya pengalaman dan pengetahuan yang memadai, serta itu dilakukan dengan cara yang baik dan bijak sehingga tidak terlihat seperti sedang menggurui.
Yakobus sudah memberikan peringatan agar janganlah kita sok menggurui atau sok menjadi guru atas diri orang lain, sebab sebagai seorang guru, kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
Orang yang menggurui orang lain biasanya juga akan menghakimi orang lain tanpa tahu keadaan sebenarnya dari orang yang dihakimi. Dia sering memakaikan kepada orang lain apa yang menjadi standar/ukurannya, dan memaksakan orang lain melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan, padahal setiap orang hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Dia merasa bahwa dirinyalah yang paling benar, sedangkan orang lain divonis bersalah. Dengan demikian, dia tidak hanya bertindak sebagai guru, tetapi dia juga sudah bertindak sebagai hakim atas diri orang lain.
Dia lalu mulai menggosipkan orang lain tanpa tahu pergumulan sebenarnya yang dihadapi orang itu. Dia tidak tahu perjalanan hidup, masalah, kondisi kesehatan jasmani dan jiwa orang yang digosipkan itu, dll. Gosip itu tentu sangat merugikan karena membunuh karakter atau mencemarkan nama baik orang lain dan merusak masa depan mereka. Gosip itu selain belum tentu benar, ada bumbu yang sudah ditambahkan sehingga gosip itu terasa semakin pedas. Sebuah cerita yang pada mulanya berawal dari versi A, kemudian beredar dari mulut ke mulut menjadi versi B --> C --> D --> E --> F --> G hingga akhirnya menjadi versi Z.
Dalam gosip inilah sering terjadi penghakiman yang lebih luas dan besar, seperti halnya seseorang yang dikeroyok massa dalam penghakiman jalanan tanpa kesempatan membela diri. Gosip dan penghakiman bisa mengakibatkan orang menderita.
Yakobus 3
3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
Pada ayat 3 dan 4 ini Yakobus memberikan 2 ilustrasi, yaitu kekang pada mulut kuda dan kemudi kapal. Kedua ilustrasi ini mempunyai inti pengajaran yang sama, yaitu lidah berfungsi seperti kekang dan kemudi, kecil, tetapi kuat. Jika kekang dapat mengatur pergerakan kuda dan kemudi dapat mengatur arah kapal, maka lidah dapat menentukan nasib atau arah kehidupan manusia. Lidah bisa membuat perkara-perkara besar yang membawa orang kepada masa depan yang lebih baik, atau justru menghancurkan masa depan orang lain dan diri sendiri. Lidah bisa membuat hidup orang menderita.
Orang yang bijaksana seharusnya bisa mengontrol lidahnya dengan baik di segala situasi. Dia selalu bisa berbicara dengan sabar, dengan tetap menggunakan akal sehat. Dia tidak akan terpancing emosi dan berkata-kata kasar di saat berada dalam masalah atau perkataannya tidak diterima orang lain. Ketika dia mengalami penolakan, dia tidak akan marah, membenci, merajuk (mengomel atau bersungut-sungut), dsb; sebab itu merupakan sifat yang kekanak-kanakan (childish), sifat yang belum mencerminkan kedewasaan dalam berpikir dan mengelola emosi, jauh dari sifat yang dimiliki oleh orang yang bijaksana.
Yakobus 3
3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.
3:6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Ayat 5 dan 6 ini berbicara tentang lidah yang kecil, tetapi dapat membuat perkara-perkara yang besar; sama seperti api yang kecil, tetapi dapat membuat kebakaran hutan yang besar.
Lidah bagaikan api yang dapat membakar dan menghancurkan kehidupan. Dengan lidah manusia dapat berbuat jahat dan menodai kesucian tubuh.
Untuk itu, sangat penting bagi kita dalam mengontrol lidah kita, menjaga lisan kita. Jangan berkata-kata kasar kepada orang lain karena itu ibarat menyiram bensin ke sebuah api kecil sehingga api itu berkobar-kobar. Kata-kata kasar dapat menyulut emosi orang lain hingga menyala-nyala. Jangan membuat gosip karena itu ibarat melemparkan korek api menyala ke tumpukan daun-daun kering dalam hutan yang bisa menyebabkan api menyebar dan membakar seluruh hutan. Gosip dapat menyebar dengan cepat secepat api yang menjalar dalam hembusan angin dan menghancurkan kehidupan orang.
Lidah yang bagaikan api ini bisa membuat telinga dan hati orang menjadi panas dan terbakar. Sebab itu, kita harus pandai menyaring kata-kata baik yang bisa kita keluarkan dari mulut kita, sehingga kata-kata yang tidak pantas tidak turut keluar dari mulut kita. Kita harus pintar menyaring dan membagikan hal-hal yang hanya bisa dikonsumsi keluarga kita dan hal-hal yang bisa dikonsumsi publik. Kata-kata kita seharusnya membangun, bukan menghancurkan kehidupan orang.
Yakobus 3
3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,
3:8 tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
Ayat 7 dan 8 menggambarkan betapa liarnya lidah dan tidak bisa dikuasai manusia. Semua binatang liar di dunia ini dapat dijinakkan manusia, tetapi lidah yang liar ini tidak dapat dikuasai manusia. Lidah ini penuh racun yang dapat membunuh kehidupan manusia. Lidah dapat menyakiti hati orang dan menyebabkan penderitaan. Lidah dapat mencemarkan nama baik atau menghancurkan reputasi orang, dan membunuh masa depannya.
Yakobus 3
3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
Ayat 9 dan 10 ini berbicara tentang lidah yang digunakan untuk memuji Tuhan, dan lidah yang digunakan untuk mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah. Mulut itu seharusnya mengeluarkan berkat bukan kutuk. Mulut yang dipakai untuk memberkati, jangan dipakai untuk mengutuk. Jika mulut kita akan mengeluarkan kutuk sebaiknya diam, jika kata-kata kita akan menghancurkan sebaiknya diam. Pepatah "diam itu emas" masih cukup relevan hingga saat ini. Diam itu masih disamakan dengan emas yang adalah logam mulai berharga yang tidak akan berkarat. Pakailah mulut kita hanya untuk memberkati dan membangun, terutama memuji dan memuliakan Tuhan di sepanjang perjalanan hidup kita.
Yakobus 3
3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Ayat 11 dan 12 mengandung pesan bahwa kita harus dengan tegas membuat pilihan yang baik dan bijak dalam menggunakan lidah kita, sehingga mulut kita hanya mengeluarkan berkat dan tidak mengeluarkan kutuk. Mulut yang dipakai untuk memuji dan memuliakan Tuhan seharusnya selalu dipakai untuk mengeluarkan berkat bagi manusia, sedangkan mulut yang akan mengeluarkan kutuk sebaiknya ditutup rapat-rapat karena hanya akan menghasilkan penderitaan dan kehancuran bagi manusia. Hanya Tuhan yang berhak mengutuk manusia.
Mulut yang memuji dan memuliakan Tuhan, dan mulut yang mengeluarkan berkat, jangan dipakai untuk mengeluarkan kutuk. Mulut yang membangun, jangan dipakai untuk menghancurkan.
Di jaman now ini, medsos biasanya menjadi tempat atau sarana banyak orang untuk menyebarkan keburukan lewat lisan ketika marah, kecewa, dll, atau karena punya tujuan tertentu. Banyak orang tanpa berpikir panjang sering mengeksploitasi sesuatu yang tidak pantas pada khalayak ramai melalui medsos yang akan menjadi rekam jejak digital, yang tentunya jika itu sudah tersebar luas maka akan sulit dihapus atau dibersihkan. Oleh sebab itu, bertindaklah dengan bijaksana dengan menjaga harga diri dan kehormatan keluarga dan orang lain lewat perkataan yang baik.
Kita tidak seharusnya bertindak bodoh dengan perkataan kita karena kata-kata itu tajam seperti pedang (lih Amsal 12:18) dan kata-kata keras membangkitkan amarah (lih. Amsal 15:1).
Lidah bisa menyayat hati, menimbulkan banyak masalah, dan membunuh kehidupan orang. Meskipun luka itu sembuh biasanya akan meninggalkan goresan di hati. Lidah mampu menghancurkan hubungan dalam keluarga, pergaulan, dan pekerjaan, hingga hubungan dalam suatu negara dan antarnegara. Lidah sangat efektif menghancurkan persaudaraan dan persahabatan.
Sebagai pengikut Yesus kita harus mengambil sikap yang berbeda dengan selalu menjaga perkataan yang keluar dari mulut kita, dan memilih hanya menyampaikan ucapan yang membangun orang lain (lih. Efesus 4:29).
Pergunakan mulut kita secara baik dan bijak untuk mengeluarkan berkat atau membangun, bukan untuk mengeluarkan kutuk atau menghancurkan. Jangan berbicara seperti orang bodoh khususnya ketika marah, karena itu hanya mengakibatkan kejatuhan dan kebinasaan.
Seperti Amsal menyatakan, “... siapa bodoh bicaranya, akan jatuh. … mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam. … mulut orang bebal mencurahkan kebodohan. … setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak." (lih. Amsal 10:8,14; 15:2; 20:3)
Lidah memang sulit dikontrol manusia, tetapi lidah bisa dikontrol Tuhan. Untuk itu, kita harus selalu membuka diri terhadap Roh Kudus agar Roh Kudus bekerja dalam diri kita. Dengan melibatkan Tuhan maka hati dan pikiran kita akan selalu diterangi Roh Kudus, lidah kita akan selalu dikontrol Roh Kudus yang menjaga mulut kita dengan menutup bibir tepat pada waktunya agar tidak ada kata yang keluar sembarangan.
Seperti Mazmur menyatakan, “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mazmur 141:3)
Berikut ini adalah beberapa kutipan Alkitab yang membicarakan tentang pentingnya menjaga lisan kita:
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” (Amsal 18:21)
“Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” (Amsal 13:3)
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.“ (Amsal 10:19)
“Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Amsal 17:28)
“Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.” (Amsal 29:20)
Tags:
Dunia Alkitab dan Renungan Rohani
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.