Lawing Mau Menjual Kudanya

Lawing yang sudah agak tua pergi ke pasar bersama anaknya yang baru berumur belasan tahun. Mereka hendak menjual kudanya untuk kebutuhan sehari-hari di rumah. Lawing sudah berpengalaman dan ia berpikir: "Barangkali harga kuda yang masih segar lebih tinggi dari pada kuda yang kelelahan.” 

Maka, kuda itu diusung oleh mereka berdua. Akan tetapi, kuda itu amat berat, mereka hampir tidak mampu mengusungnya. Sementara melewati sebuah rumah, orang dalam rumah itu tertawa melihat Lawing dan anaknya yang aneh itu, ia berkata: “Kuda macam apa ini, hingga tidak bisa berjalan sendiri?” Mendengar perkataan itu, Lawing pun malu, ia menurunkan kudanya dan disuruhnya berjalan sendiri. Mereka berjalan terus dan berpapasan dengan seorang petani yang sedang bekerja di ladangnya. Orang itu berkata: “Bodoh benar kalian ini, mempunyai kuda tetapi tidak mau ditunggang.” Lawing berpikir sejenak, benar juga katanya dalam hati. Ia lalu menyuruh anaknya menunggangi kuda itu. Tidak lama kemudian mereka bertemu seorang guru agama yang baru pulang dari sekolah. Guru agama itu menegur sang anak yang naik kuda itu, katanya: “Tidakkah kau ketahui perintah Allah yang keempat, hormatilah ibu-bapamu! Ayo, lekas turun dari kuda itu, supaya bapamu yang sudah tua ini dapat naik kuda untuk melepaskan lelahnya.” Anak itu terpaksa turun dan Lawing naik menggantikannya. 

Setelah berjalan beberapa waktu lamanya, mereka dilihat oleh Toga, seorang gadis yang sedang mencuci pakaian di sungai kecil yang mengalir di samping jalan, dan seorang gadis berkata: “Apakah bapa ini tidak menyayangi anaknya? Membiarkan anaknya berjalan kaki dan ia sendiri duduk enak-enak di kuda.” Lalu Lawing menyuruh anaknya naik duduk di belakangnya. Akan tetapi setelah beberapa waktu kemudian, terdengar lagi teriakan orang yang berseru: “Terlalu sekali, dua orang menunggang satu kuda yang sudah kelelahan. Ini adalah penganiayaan hewan”, Maka Lawing berkata pada anaknya: “Biarlah mereka omong. Bagaimanapun dan apapun juga yang kami perbuat, ada saja orang yang omong.”