Seketika dunia lenyap, tersisa kau dan aku
Dalam hipnotis, aku mematung di tengah kerumunan
Mataku tertuju pada sesosok tubuh semampai
Rambutnya tergerai antara wajah yang malu
Tatapannya tajam bak anak panah di jantung hatiku
Senyumnya melukis berjuta warna dalam bola mataku
Siapakah dia?
Bukan ku tak kenal, bukan pula hendak mengenalnya
Tetapi sesosok tubuh yang tak asing bagiku
Ia memancarkan pelangi dalam langit hidupku
Pesona warna cinta yang tak terhitung dan tak terbagi
Kebaikan yang datang bertubi-tubi
Dalam tunggangan perhatian tak terbatas
Dialah kau cintaku, sayangku…
Entah bagaimana aku tanpa dirimu
Tak sanggup kulukiskan dengan kata.
Yang kutahu hanyalah…
Dulu, aku seorang musafir haus cinta
Kujelajahi dunia demi sebentuk cinta yang ada
Banyak kutemukan cinta namun patah tertiup angin
Pengembaraan panjang dan melelahkan
Perlahan kakiku gontai, langkahku terseok
Dahaga datang tanpa memberi kabar
Aku terpanggang dalam terik mentari
Tanah kering kerontang tiada tanda kehidupan
Hanya terdengar rintihan jiwa-jiwa kesepian
Jiwaku sekarat dalam hitungan detik
Seketika bayang cinta menampakkan wujud
Malaikat surgawi menghentak jiwa yang kaku
Kau tampak dalam kedua bola mataku
Menawarkan cinta bak air bah
Tak mampu aku tuk melawan
Hingga terhanyut dalam lautan cinta
Ya… saat ini kau masih seperti yang dulu
Mata yang berbinar memberiku tanda
Bibirmu menebar senyum berjuta rasa
Rambut panjangmu masih bermain bersama angin
Hembus angin dalam desah nafas kebebasan
Ah… Nafas pada detik-detik berharga
Nafas terindah yang pernah kurasa
Nafasmu… nafasku… nafas dalam dunia cinta
Kunikmati keindahan roman wajahmu
Di saat kau belajar menghayati nafas cinta
Sesaat terasa tenang… sunyi…
Kurasakan jantungku berdetak cepat…
Lebih cepat… terlalu terburu-buru
Jari jemariku bergerak dengan sendirinya
Kubelai rambutnya… kuusap pipinya…
hingga terhenti pada dagu yang indah
Kutahan… “Oh manis…”
Kuangkat wajahnya yang malu
Kuperhatikan, kunikmati…
Kurangkul pinggangnya yang ramping
Kudekap… tak ingin kulepas
Sejenak jiwaku keluar dari raga ini
Ku diberi sayap cinta terbang mengarungi angkasa
Kucari batas langit
Hanya tuk sebuah pesan bagi sang penguasa.
“Tuhan, oh Tuhanku…
Tak putus-putusnya ku heran
melihat ciptaan-Mu yang indah
Makhluk yang Kau kirim untukku
Indah… lucu… menggemaskan
Mahakarya yang sangat menakjubkan
Terbuat dari bahan pilihan dengan mutu terbaik
Pahatan yang sangat halus, tersohor sepanjang abad
Tuhanku, oh Tuhanku...
Kutitipkan separuh jiwaku di sana
Semoga selalu dalam lindungan-Mu
Berikanlah dia cinta selembut sutra
Hati seluas samudera
Dan kasih yang mengalir bagai air
Dekaplah dia dalam gunung es abadi cinta-Mu
Semoga terjaga dari sakit dunia dan kebusukan dosa
Rawatlah kebaikan dari bingkai durjana
Dan kegembiraan dari belas kasihan duka nestapa
Semoga tetap abadi selamanya.”
Kembali ku terhempas dalam dunia yang fana
Ku sadar dunia bukan milik kita
Di sana menunggu badai dan gelombang
Langit kelam dan kabut yang tebal
Guruh riuh mengumbar tantangan
Halilintar siap mengayunkan pedang
Dunia memang kejam...
Alam yang tenang menyimpan amarah
Memorak-porandakan bangunan harapan dan cinta
Ratapan menggema di seluruh pelosok
Di atas puing-puing harapan dan cinta
Di bawah keping-keping duka dan derita.
“Tuhan, berilah aku kekuatan
Kan 'ku jaga slalu taman hatiku
Di atas puing-puing harapan dan cinta
Kan kubangun fondasi kepercayaan
SEBUAH RUMAH MUNGIL
DALAM TAMAN HATIKU.”
~AnQ~
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.