Halaman

Sebuah Rumah Mungil dalam Taman Hatiku

Seketika dunia lenyap, tersisa kau dan aku 
Dalam hipnotis, aku mematung di tengah kerumunan 
Mataku tertuju pada sesosok tubuh semampai 
Rambutnya tergerai antara wajah yang malu 
Tatapannya tajam bak anak panah di jantung hatiku 
Senyumnya melukis berjuta warna dalam bola mataku 
Siapakah dia? 

Bukan ku tak kenal, bukan pula hendak mengenalnya 
Tetapi sesosok tubuh yang tak asing bagiku 
Ia memancarkan pelangi dalam langit hidupku 
Pesona warna cinta yang tak terhitung dan tak terbagi 
Kebaikan yang datang bertubi-tubi 
Dalam tunggangan perhatian tak terbatas 
Dialah kau cintaku, sayangku… 
Entah bagaimana aku tanpa dirimu 
Tak sanggup kulukiskan dengan kata. 

Yang kutahu hanyalah… 
Dulu, aku seorang musafir haus cinta 
Kujelajahi dunia demi sebentuk cinta yang ada 
Banyak kutemukan cinta namun patah tertiup angin 
Pengembaraan panjang dan melelahkan 
Perlahan kakiku gontai, langkahku terseok 
Dahaga datang tanpa memberi kabar 
Aku terpanggang dalam terik mentari 
Tanah kering kerontang tiada tanda kehidupan 
Hanya terdengar rintihan jiwa-jiwa kesepian 
Jiwaku sekarat dalam hitungan detik 
Seketika bayang cinta menampakkan wujud 
Malaikat surgawi menghentak jiwa yang kaku 
Kau tampak dalam kedua bola mataku 
Menawarkan cinta bak air bah 
Tak mampu aku tuk melawan 
Hingga terhanyut dalam lautan cinta 
Ya… saat ini kau masih seperti yang dulu 
Mata yang berbinar memberiku tanda 
Bibirmu menebar senyum berjuta rasa 
Rambut panjangmu masih bermain bersama angin 
Hembus angin dalam desah nafas kebebasan 
Ah… Nafas pada detik-detik berharga 
Nafas terindah yang pernah kurasa 
Nafasmu… nafasku… nafas dalam dunia cinta 
Kunikmati keindahan roman wajahmu 
Di saat kau belajar menghayati nafas cinta 
Sesaat terasa tenang… sunyi… 
Kurasakan jantungku berdetak cepat… 
Lebih cepat… terlalu terburu-buru 
Jari jemariku bergerak dengan sendirinya 
Kubelai rambutnya… kuusap pipinya… 
hingga terhenti pada dagu yang indah 
Kutahan… “Oh manis…” 
Kuangkat wajahnya yang malu 
Kuperhatikan, kunikmati… 
Kurangkul pinggangnya yang ramping 
Kudekap… tak ingin kulepas 
Sejenak jiwaku keluar dari raga ini 
Ku diberi sayap cinta terbang mengarungi angkasa 
Kucari batas langit 
Hanya tuk sebuah pesan bagi sang penguasa. 

“Tuhan, oh Tuhanku… 
Tak putus-putusnya ku heran 
melihat ciptaan-Mu yang indah 
Makhluk yang Kau kirim untukku 
Indah… lucu… menggemaskan 
Mahakarya yang sangat menakjubkan 
Terbuat dari bahan pilihan dengan mutu terbaik 
Pahatan yang sangat halus, tersohor sepanjang abad 
Tuhanku, oh Tuhanku... 
Kutitipkan separuh jiwaku di sana 
Semoga selalu dalam lindungan-Mu 
Berikanlah dia cinta selembut sutra 
Hati seluas samudera 
Dan kasih yang mengalir bagai air 
Dekaplah dia dalam gunung es abadi cinta-Mu 
Semoga terjaga dari sakit dunia dan kebusukan dosa 
Rawatlah kebaikan dari bingkai durjana 
Dan kegembiraan dari belas kasihan duka nestapa 
Semoga tetap abadi selamanya.” 

Kembali ku terhempas dalam dunia yang fana 
Ku sadar dunia bukan milik kita 
Di sana menunggu badai dan gelombang 
Langit kelam dan kabut yang tebal 
Guruh riuh mengumbar tantangan 
Halilintar siap mengayunkan pedang 
Dunia memang kejam... 
Alam yang tenang menyimpan amarah 
Memorak-porandakan bangunan harapan dan cinta 
Ratapan menggema di seluruh pelosok 
Di atas puing-puing harapan dan cinta 
Di bawah keping-keping duka dan derita. 

“Tuhan, berilah aku kekuatan 
Kan 'ku jaga slalu taman hatiku 
Di atas puing-puing harapan dan cinta 
Kan kubangun fondasi kepercayaan 
SEBUAH RUMAH MUNGIL 
DALAM TAMAN HATIKU.” 

~AnQ~

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky