Halaman

Patung Favoritku Salib Yesus, Bunda Maria, dan Pieta

Patung Pieta, Bunda Maria, dan Salib Yesus ini merupakan koleksi yang sangat berharga bagi saya, sebab merupakan hadiah atau penghargaan yang didapatkan dalam lomba antar wilayah rohani dulu. Menurut saya, pemberian patung di setiap lomba menggantikan trophy atau piala, jauh lebih berharga karena mengandung nilai religius dan seni. 

Patung Salib Yesus dan Bunda Maria mungkin sudah banyak yang punya, tetapi patung Pieta adalah patung yang jarang dan unik. Selain itu, patung ini mengandung nilai estetika yang sangat tinggi, dan yang terutama patung ini mengandung makna religius yang sangat dalam. Oleh sebab itu, patung Pieta ini merupakan salah satu patung favorit saya. 

Berikut ini sekilas info bagi yang belum mengetahui tentang patung Pieta. 
Patung Pieta adalah patung yang berada di Basilika St. Petrus Roma, Italia, merupakan mahakarya seorang seniman terkenal Michelangelo pada tahun 1498-1499. Patung ini dipahat dari sebongkah marmer Carrara. Patung tersebut dibuat atas permintaan Kardinal Jean de Villiers de la Groslaye, duta besar Perancis untuk negara Roma. Nama Pieta diambil dari bahasa Italia yang artinya "turut merasakan penderitaan orang lain". 

Patung Pieta menampilkan sosok Maria yang sedang memangku jasad Yesus setelah penyaliban-Nya. Maria memeluk jenazah anaknya yang terbaring di pangkuannya dengan penuh kelembutan. Ia terlihat begitu sedih dan berduka. Sebab, tiada kepiluan yang lebih menyayat hati seorang ibu, selain menyaksikan darah dagingnya sendiri mati menderita. Tiada duka nestapa yang lebih dalam, selain dari duka nestapa seorang ibu yang menguburkan anak kandungnya sendiri. Oleh sebab itu, patung itu diberi nama Pieta karena Maria turut merasakan penderitaan anaknya.

Pieta adalah potret dari sebuah perjalanan panjang nan berat yang bernama ketaatan. Maria memulai perjalanan itu, tatkala ia bertekad di hadapan malaikat sang pembawa berita tentang kehamilannya yang adalah buah pekerjaan Roh Kudus, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). 
Sejak saat itu, Maria pun menapaki perjalanan penuh ujian dan godaan. Ia harus menghadapi cemoohan penduduk Nazareth berkenaan dengan kehamilannya "di luar nikah." Maria harus melahirkan di kandang hewan yang kotor dan bau. Bersama-sama dengan Yusuf dan Sang Bayi, ia harus mengungsi ke Mesir guna menghindari kebengisan para prajurit Herodes. Ujian terberatnya adalah menyaksikan anaknya sendiri dihina, disiksa, dan dihukum mati di kayu salib bagaikan seorang penjahat.

Dalam Gereja Katolik, patung-patung ini sangat dihormati. Namun, penghormatan ini seringkali disalahartikan oleh pihak lain sehingga muncul tuduhan bahwa umat Katolik menyembah patung. Tidak ada penyembahan patung dalam Gereja Katolik, karena seperti agama, patung itu hanyalah sarana yang membantu orang Katolik untuk mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan.
Hal ini Bisa digambarkan dengan seorang ibu yang sangat merindukan anaknya yang berada jauh. Dia kemudian melihat foto anaknya, mencium foto itu sambil meneteskan air mata. Bisa juga digambarkan dengan seseorang yang sangat mencintai kekasihnya. Dia menyimpan foto kekasihnya dalam dompet, album foto, atau smartphone. Sesekali dia melihat foto kekasihnya di kala rindu datang dan akhirnya tersenyum bahagia.
Begitupun halnya dengan berdoa di depan patung Yesus dan Bunda Maria, orang Katolik akan merasakan kedekatan yang luar biasa dengan Yesus dan Bunda Maria karena patung-patung itu menggambarkan Pribadi Yesus dan pribadi Bunda Maria sendiri.

Allah telah mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dalam dunia ini karena cinta-Nya yang begitu besar kepada manusia, agar manusia semakin dekat dengan Allah dan dibebaskan dari belenggu dosa. Allah Yang Mahabesar dan Mahatinggi, yang sebelumnya terasa sulit dijangkau karena terlalu besar dan mulia bagi manusia, kini terasa sangat dekat karena kedatangan Yesus, Putra Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus rela menjadi sama seperti manusia yang bisa merasakan sakit, lapar, haus, dsb, tetapi tanpa noda dosa.

Dalam kehidupan-Nya di dunia, Yesus mengajarkan kita untuk memanggil "Allah" dengan sebutan "Bapa" supaya kita menjadi semakin dekat dan akrab dengan Allah. Ya, seperti seorang anak yang bercakap-cakap dengan bapanya, seperti itulah kita berdoa kepada Allah dan memanggil-Nya Bapa.
Pada akhirnya Yesus rela melalui jalan penderitaan (via dolorosa) dengan dihina, disiksa, dan wafat di salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Salib yang dulu merupakan tempat yang hina, kini ditinggikan dengan kemenangan Yesus atas dosa dan maut. Salib itulah yang kita hormati hingga saat ini.

Patung bisa retak, bisa hancur berkeping-keping, begitupun dengan Alkitab yang bisa usang dan hancur dimakan rayap, bahkan bangunan gereja yang kokoh bisa dirobohkan, dihancurkan, atau dibakar. Namun, gereja yang sesungguhnya ada dalam diri kita, karena Roh Kudus bersemayam dalam diri kita yang mau menerima-Nya. Sabda Allah akan bertumbuh subur dalam diri kita dan menghasilkan buah yang baik. Hati kita akan menjadi Bait Allah yang tidak lekang oleh waktu. Semoga demikian. Tuhan memberkati! 🙏

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky