Crusoe menyelamatkan apa yang bisa ia selamatkan dari bangkai kapal dan membangun kehidupannya di pulau itu yang terdiri dari refleksi spiritual dan tindakan praktis untuk bertahan hidup. Rambut dan janggutnya menjadi panjang tidak beraturan karena dia tidak lagi bisa menjaga penampilannya dengan baik.
Di tengah kesendiriannya di pulau itu, Crusoe menjadi lebih sering membaca Alkitab dan menjadi religius. Ia bersyukur kepada Tuhan atas takdir/nasibnya, menyadari bahwa meskipun ia kehilangan segalanya termasuk masyarakat dan kehidupan lamanya, ia masih memiliki nyawanya. Ia terus berjuang untuk bertahan hidup dalam pulau yang terpencil dan tidak berpenghuni itu.
Setelah tinggal sendirian di pulau itu selama bertahun-tahun dan hanya ditemani oleh binatang peliharaannya, Crusoe akhirnya melihat kapal Spanyol yang terdampar di pulau itu, tapi sayangnya telah ditinggalkan oleh awak kapalnya. Ia lalu mengambil apa yang bisa diambil dan dimanfaatkan dari kapal itu.
Crusoe juga bertemu penduduk asli (kanibal) yang datang ke pulau itu pada waktu tertentu untuk membunuh dan memakan tahanannya.
Dia kemudian menolong seorang tahanan yang melarikan diri dan menamainya Friday. Dia mengubah Friday menjadi seorang Kristen yang bisa berbahasa Inggris.
Pada waktu yang lain, para kanibal datang lagi untuk berpesta. Crusoe dan Friday kemudian membunuh sebagian besar dari mereka dan menyelamatkan dua tahanan. Salah satunya adalah ayah Friday, dan yang lainnya adalah orang Spanyol yang memberi tahu Crusoe tentang orang Spanyol lainnya yang terdampar di daratan.
Crusoe kemudian bertemu dengan kapten kapal Inggris (bajak laut) yang kapalnya merapat ke pulau itu karena sebagian anak buahnya memberontak. Crusoe membuat kesepakatan dengan Kapten kapal untuk membantunya merebut kapal itu dari para pemberontak dan mereka pun berhasil.
Dengan bantuan kapten kapal itu, Crusoe dan Friday bisa keluar dari pulau yang telah ditinggali Crusoe selama hampir 3 dekade dan tiba di Inggris dengan selamat.
Pada akhirnya Robinson Crusoe kembali menjalani kehidupannya secara normal di tengah-tengah masyarakat.
=====
Pelajaran yang bisa dipetik dalam cerita ini adalah "no man is an island" yang berarti "tidak ada seorang manusia yang hidup dalam sebuah pulau".
Cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan manusia lain. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial harus saling menghargai dan saling menolong antara satu dengan yang lain.
Manusia harus selalu mengandalkan Tuhan dan memohon pertolongan-Nya di saat merasa sendirian dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup, di saat tidak ada seorang pun yang mampu menolong, agar tercipta ketenangan hati dan pikiran, dan ditemukan solusi dari berbagai permasalahan itu.
Dalam keheningan kita menemukan Tuhan. Dalam kesendirian kita berbicara dengan Tuhan, untuk mencurahkan segala isi hati dan pikiran, untuk melepaskan segala beban yang memberatkan langkah kita.
Semoga Tuhan mengasihani kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan berkenan mengabulkan segala permohonan kita yang baik.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.