Halaman

Hidup Damai Dimulai dari Diri Sendiri dengan Menjaga Lisan


Hidup damai itu seperti kita hidup di alam yang indah dan tenang di mana manusia hidup berdampingan dalam damai dengan alam sekitarnya. Demikian juga seharusnya yang terjadi dalam hubungan kita sebagai manusia dengan manusia yang lain. 
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain sehingga manusia memiliki kemampuan bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita sebaiknya tahu porsi kita dan tidak terlalu banyak berbicara. Sebab, semakin banyak kita berbicara maka semakin besar tanggung jawab kita untuk mengontrol kata-kata yang keluar dari mulut kita. Terkadang kita secara tidak sadar mengambil porsi berbicara yang sangat banyak sehingga orang lain tidak punya kesempatan untuk berbicara. Saking banyaknya kata-kata yang kita keluarkan, terkadang tanpa kita sadari kita telah mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang lain. Ini adalah cara berkomunikasi yang buruk. 

Kita sebaiknya lebih banyak mendengarkan daripada didengarkan sehingga kita bisa lebih memahami dan menghargai orang lain. Bahkan seorang motivator/pembicara terkenal pun perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan di saat mereka tidak sedang melaksanakan tugasnya berbicara dalam sebuah forum. 
Jaga lisan kita dengan berhenti berbicara di saat kita harus berhenti berbicara karena diam itu masih emas, tidak berubah menjadi besi tua yang sudah berkarat hehehe... Maaf, bercanda. Maksud saya pepatah "diam itu emas" masih relevan hingga saat ini. 
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita sebaiknya sesekali melepaskan kacamata kita sendiri dan coba memakai kacamata orang lain sehingga kita bisa melihat dari sudut pandang orang lain untuk bisa memahami. Baik menurut kita belum tentu itu baik menurut orang lain karena setiap orang memiliki perjalanan hidup dengan permasalahan yang berbeda. Oleh karena kita semua hidup dalam situasi dan kondisi yang tidak sama, maka setiap orang mempunyai pengetahuan, sifat, sikap, dan perilaku yang berbeda. Ini adalah hal penting yang harus kita sadari. Untuk itulah maka kita perlu memiliki kesabaran dan sikap toleran terhadap orang lain sehingga kita bisa lebih memahami dan menghargai perbedaan. Kita bisa menyampaikan kehendak baik kita dengan perkataan yang baik tanpa memaksakan kehendak itu kepada orang lain. Mau menerima atau tidak, biarlah itu menjadi keputusan mereka. Akan tetapi, jangan samakan hal ini dengan profesionalitas kerja antara bos dan anak buah, sebab anak buah harus patuh pada perintah bosnya.

Jika terjadi masalah kita jangan langsung menyalahkan orang lain karena marah, dan dengan cepat mengambil keputusan karena keputusan yang diambil ketika kita dikuasai emosi sangat tidak baik. Di saat marah kita tidak bisa berpikir dengan akal sehat dan tidak dapat menjaga lisan kita dengan baik. Ketika kita bertindak di saat marah, biasanya kita bukan menyelesaikan masalah atau menemukan solusi, tetapi justru berpotensi memperbesar masalah dan memperlebar jarak dengan orang lain. Oleh karena ketidaksabaran, kita meluapkan emosi lewat kata-kata kasar, kita menghakimi tanpa tahu keadaan sebenarnya, dan kita membuat gosip yang menyebar secepat angin bertiup. Kita menceritakan kesalahan dan kekurangan orang lain kepada yang lain walaupun itu belum tentu benar. Kita berusaha membunuh karakter orang lain atau merusak reputasinya, merusak nama baiknya. Ini sangat jahat!
Kita seharusnya bisa mengintrospeksi diri karena kita juga tidak sempurna. Orang lain punya permasalahan sendiri seperti kita pun punya permasalahan sendiri. Manusia tak lepas dari kesalahan sehingga manusia harus saling mengampuni seperti Tuhan selalu mengampuni manusia. 

Damai itu harus dimulai dari diri sendiri sebelum kita mengharapkan orang lain berdamai dengan kita. Kita tidak bisa mengatur orang lain karena itu di luar kuasa kita, tetapi kita bisa mengatur diri kita sendiri agar bisa lebih mengasihi, mengampuni, memahami, dan menghargai orang lain. Kita harus terus belajar berpikir bijaksana sehingga kita bisa mengontrol mulut kita dalam berbicara agar tidak berlebihan. Kita harus menyaring dengan bijak masalah apa yang bisa kita bagikan ke sahabat-sahabat kita dan publik, dan masalah apa yang hanya bisa dikonsumsi kalangan sendiri dalam hal ini anggota keluarga kita. Sehingga dengan demikian, kita tidak memperbesar masalah yang sudah ada, atau kita tidak menciptakan masalah baru yang seharusnya tidak ada. 
Jaga lisan kita dengan melibatkan Tuhan dalam setiap permasalahan hidup kita, bawa semuanya dalam doa. Dengan terang Roh Kudus, kita akan selalu dibimbing dan dikuatkan dalam perjalanan hidup kita agar tidak salah melangkah dan kuat sampai tujuan.
Berdamailah dengan siapa saja, dan itu dapat dimulai dari diri sendiri dengan menjaga lisan. Terima kasih, Tuhan memberkati! 🙏

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky