Halaman

Burung Berkepala Dua

Pada dinding candi Mendut (Jawa Tengah) terdapat relief tentang cerita-cerita binatang (fabel). Salah satunya adalah relief tentang burung yang berkepala dua. Adalah seekor burung yang berkepala dua. Satu kepalanya di atas dan satunya lagi berada di bawah. Keduanya mempunyai leher sendiri-sendiri. Kepala yang di atas selalu mendapatkan buah-buahan yang segar dan lezat karena lebih dekat di pohon, sedangkan kepala yang di bawah selalu tunduk ke bawah dan hanya bisa makan dari buah-buah sisa yang dimakan kepala yang atas, bahkan lain kali tidak mendapat makanan. 

Pada suatu hari kepala yang berada di bawah ingin merasakan apa yang biasa dimakan oleh kepala atas, katanya, “Hei bung! Sekali-kali beri aku kesempatan untuk makan yang enak, jangan semua kau habiskan, mentang-mentang kau di atas!” Kata kepala atas, “Ah jangan penasaran. Terima saja apa adanya, toh semua makanan akhirnya masuk perut yang sama.” “Tapi kau merasakan yang enak terus, sedang aku yang di bawah tidak pernah kebagian yang enak,” kata kepala bawah. Kepala yang atas jadi marah, “Tutup mulutmu! Masih lumayan kau kebagian, mestinya aku saja yang makan. Kau tak perlu. Toh akhirnya masuk perut yang sama!" Kepala bawah menjadi putus asa dan marah besar. Suatu hari, di depan kepala bawah ada jamur beracun. “Awas jamur beracun jangan dimakan!” kata kepala atas. Tetapi karena kepala bawah putus asa, ia memakannya. Burung berkepala dua itupun mati. 

Memang burung itu hanya memiliki satu perut, tetapi rasa enak tidak terdapat dalam perut itu. Demi keadilan seharusnya kepala bawah juga dapat merasakan makanan yang enak. Tindakan nekad kepala bawah juga tidak baik, karena mencelakakan dirinya sendiri. Kalau dalam masyarakat hanya orang tertentu saja yang dapat menikmati kemewahan, sedangkan yang lain menderita, maka keadaan ini harus berubah tidak hanya demi keadilan terhadap kaum tertindas, tetapi demi kelangsungan hidup seluruh masyarakat. Pertanyaan untuk kita: Mana yang lebih penting, makanan itu masuk perut atau makanan itu dirasakan enaknya? 


NB: Cerita ini dapat digunakan sebagai ilustrasi dalam renungan Kitab Suci. 

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky