Halaman

Pilihan Kebebasan Manusia

Lumba-lumba yang melompat bebas ke udara.

Lihatlah kedua lumba-lumba ini melompat dengan bebas ke udara. Mereka menikmati kebebasannya. 
Sungguh sebuah pemandangan yang indah. 

Kebebasan merupakan hal yang indah untuk dirasakan dan dinikmati.

Dalam hidup ini kita diberikan dua pilihan kebebasan, yaitu membebaskan diri dari belenggu dosa dan bebas berbuat baik, atau membiarkan diri tetap terbelenggu dosa dan bebas berbuat dosa.

Manusia telah diberikan kehendak bebas (free Will) oleh Tuhan sehingga manusia bebas membuat pilihan/keputusan berdasarkan hati dan pikiran, tanpa diatur-atur oleh Tuhan seperti robot.

Ketika seseorang memilih untuk melakukan sesuatu yang berdosa maka dia secara otomatis menjauhkan diri dari Tuhan. Dia mengabaikan panggilan dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya. Dia lebih memilih bersekutu dengan setan dan bebas melakukan dosa.

Akan tetapi, ketika seseorang memilih untuk membebaskan diri dari dosa, maka dia akan membutuhkan Tuhan. Dia akan menyambut uluran Tangan Tuhan karena dia tak sanggup berjalan sendiri. 

Bersama Tuhan dia terbebas dari dosa dan bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan bebas, dengan lepas, seperti lumba-lumba yang melompat ke udara. Itulah keindahan yang hakiki.

Tuhan memberkati! 

Pelajaran atas Kejadian Pendeta Gilbert yang Dilaporkan ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong (Dok: Instagram @pastorgilbertl).

Mulutmu, harimaumu. Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai. Peribahasa kuno ini sangat cocok dengan situasi yang dialami Pendeta Gilbert Lumoindong saat ini. Pada akhirnya sikap dan mulut Pendeta Gilbert berbuah tidak baik. Dia dilaporkan ke polisi atas dugaan penistaan agama.

Dulu, ketika Pendeta Gilbert menyinggung dan melecehkan agama Katolik, hanya beberapa apologis Katolik (orang Katolik yang membela iman Katolik) dan Pastor/Romo yang mengklarifikasi atau meluruskannya melalui postingan di media sosial. Ada banyak orang Katolik (termasuk juga beberapa orang non-Katolik) yang kemudian mendukung dan memberikan pembelaan dalam kolom komentar.

Akan tetapi, kali ini Pendeta Gilbert akhirnya dilaporkan ke polisi atas dugaan penistaan agama Islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia. Dia membandingkan zakat, salat, dan ibadah umat Islam, dengan perpuluhan dan ibadah dalam Gerejanya lewat sebuah lelucon yang merendahkan agama Islam.


Dulu saya menyukai Pendeta Gilbert dan suka mendengarkan khotbahnya. Dia mulai dikenal banyak orang karena sering muncul di RCTI pada tahun 90-an dalam acara Penyegaran Rohani Agama Kristen.

Namun, sekarang setiap kali saya melihat video yang berisi khotbah Pendeta Gilbert di medsos, langsung saya skip begitu saja. Logikanya sederhana, mana mungkin saya mendengarkan khotbah seorang Pendeta yang telah menyinggung dan melecehkan iman dan agama saya.

Saya termasuk orang yang suka mendengarkan khotbah/renungan yang baik, yang memberikan motivasi, inspirasi, dan kedamaian. Semua itu saya lakukan untuk membangun karakter diri saya agar menjadi jauh lebih baik.

Saya tidak peduli dengan status orang-orang non-Katolik yang memberikan khotbah/renungan itu, apakah Pendeta atau Ustad? Apakah kaum awam Kristen atau Islam? Jika yang disampaikan itu adalah hal yang baik, hal yang positif, tentunya akan saya dengarkan dan terima, selama itu tidak bertentangan dengan iman dan ajaran agama saya sendiri yang berpusat pada Yesus Kristus.

Pendeta Gilbert memang beberapa kali telah mengeluarkan pernyataan kontroversial yang memicu perdebatan dan perpecahan karena menyinggung dan melecehkan agama lain. Khusus agama Katolik, dia pernah menyatakan bahwa Paus sudah tidak berjalan pada Firman Tuhan, Paus mencari popularitas agar disukai banyak orang, Paus mendukung dan melegakan pernikahan sesama jenis (LGBT), termasuk juga menyinggung ajaran agama Katolik tentang Maria, dll.

Soal isu Paus Fransiskus yang mendukung pernikahan sesama jenis, yang tentunya tidak benar, pernah saya bahas di sini:

Pendeta Gilbert pernah memakai pakaian mirip kasula yang merupakan pakaian liturgi yang hanya dipakai oleh Imam tertahbis Katolik dalam pemberkatan nikah artis Immanuel Caesar Hito dan Felicya Angelista. Sampai sekarang belum diketahui dengan jelas tujuannya melakukan itu. 

Pendeta Gilbert pernah bertemu Romo Jost Kokoh dan menyampaikan permintaan maaf kemudian mengatakan, "Kita dari kalangan Gereja-gereja Pantekosta, Karismatik, dan aliran-aliran tepuk tangan ini, sebetulnya banyak berdosa dengan Gereja Katolik karena banyak yang dari Gereja Katolik pindah ke kita. Jadi, kita berdosa karena kata orang Katolik orang-orang ini mencuri domba."

Sampai sekarang saya belum mengerti apa maksud Pendeta Gilbert mengatakan hal itu hadapan Romo Jost Kokoh, seorang Imam Katolik? Seharusnya kan dia merasa bangga dan senang karena memang salah satu tujuan mewartakan Injil adalah untuk menjala manusia? Bukan malah sebaliknya merasa banyak berdosa. 

Semakin banyak umat berarti semakin berkembang juga Gerejanya, dan tentu Pendeta Gilbert akan semakin makmur. Kecuali kalau Pendeta Gilbert memegang kaul kemiskinan seperti Pastor-pastor Katolik.

Apakah perkataan itu merupakan sebuah sindiran (satire) terhadap Gereja Katolik? Atau apakah itu sebuah gambaran kemunafikan atau kesombongan? 
Hanya Pendeta Gilbert dan Tuhan yang tahu pasti maksud dari perkataannya itu.

Logikanya, kalau Pendeta Gilbert merasa berdosa orang-orang Katolik pindah ke Gerejanya, seharusnya mereka ditolak saja agar tidak ada perasaan berdosa itu. Sadarkan orang-orang Katolik itu jika Pendeta Gilbert merasa berdosa menerima mereka di Gerejanya. Kecuali mereka sudah sangat memaksa.

Padahal, soal perpindahan agama/keyakinan itu merupakan hal yang biasa dan merupakan hak pribadi setiap orang. Hal itu terjadi karena aturan pernikahan yang mengharuskan seseorang berpindah ke agama pasangannya, atau alasan pribadi yang lain. 

Soal berapa banyak orang Katolik yang berpindah keyakinan, seharusnya Pendeta Gilbert juga melihat data statistik berapa besar jumlah pertumbuhan umat Katolik di Indonesia dan di dunia, baik dari kelahiran maupun perpindahan agama orang-orang beragama non-Katolik atau tidak beragama ke agama Katolik.

FYI, umat Katolik terus bertumbuh di seluruh dunia, seperti Afrika, Amerika, dan Asia, tetapi di Eropa justru mengalami penurunan. Rata-rata umat beragama Kristen (Katolik, Ortodoks, dan Protestan) di Eropa memang mengalami penurunan, banyak yang justru memilih untuk tidak beragama.

Tuaian semakin banyak, tetapi pekerja semakin sedikit. Umat Katolik semakin banyak, tetapi sayangnya Imam atau kaum Klerus semakin sedikit. 
Proses untuk menjadi Imam yang sangat panjang (pendidikannya minimal 9 tahun) dan seleksinya yang sangat ketat serta tidak boleh menikah, menjadi salah satu penyebab semakin sedikitnya Imam Katolik saat ini.

Datanya bisa dibaca di sini:

Kembali lagi ke Pendeta Gilbert, dia juga disorot soal gaya hidupnya dan keluarganya yang mewah. Mereka sering menggunakan barang-barang mewah, seperti jam tangan dan tas yang berharga ratusan juta rupiah.
Pendeta Gilbert juga pernah diberikan peringatan keras oleh Badan Pengurus Pusat Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang menaunginya karena dia menjustifikasi bahwa Brigadir J telah melakukan pelecehan kepada istri Ferdy Sambo, yaitu Putri Candrawati. 

Pada akhirnya, sekarang Pendeta Gilbert dilaporkan ke polisi karena telah melecehkan ajaran tentang zakat dan gerakan salat umat Islam. Dia membandingkan zakat dengan perpuluhan yang bahkan sudah sekitar 2000 tahun tidak lagi diterapkan oleh agama Yahudi karena tidak ada lagi Bait Allah di Yerusalem (menurut Rabi Yaakov Baruch).

Gereja Katolik memang tidak menerapkan pepuluhan, tetapi persembahan itu tergantung pada kerelaan hati umat. Ada yang memberikan persembahan kurang dari sepuluh persen, tetapi ada juga yang memberikan persembahan lebih dari sepuluh persen berdasarkan kerelaan hati.

Semoga kejadian ini memberikan pelajaran penting kepada kita semua, khususnya kepada para tokoh/pemuka agama, tentang pentingnya menjaga lisan dan tulisan, saling menghargai dan menghormati, agar tidak menimbulkan perpecahan dan ketidakdamaian. Fokus saja pada ajaran agama sendiri dan jangan menyinggung dan melecehkan agama lain karena itu hanya memancing keributan. 

Pendeta Gilbert Lumoindong sudah meminta maaf dan sudah sepantasnyalah dimaafkan karena manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Akan tetapi, soal proses hukum biarlah menjadi urusan pihak yang terkait karena mereka sendiri yang merasakan dampak negatif dari pernyataan Pendeta Gilbert. 
Saya pribadi melihat ini sebagai teguran atau hukuman atas apa yang telah diperbuat oleh Pendeta Gilbert selama ini, agar dia menyadari kesalahannya dan memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang plural/majemuk ini kita sebaiknya saling menghormati dan menghargai agama dan keyakinan orang lain sehingga kerukunan antarumat beragama dapat terus terjaga. 
Para tokoh agama seharusnya memberikan teladan kepada umat tentang cara menghargai dan menghormati perbedaan, dalam hal ini agama dan keyakinan orang lain, agar tercipta kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan dalam masyarakat. Semoga demikian! 

F E A T U R E D

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky