|
Foto ini berisi momen yang sangat berharga di saat Imam Besar Masjid Istiqlal mencium dahi Paus dan Paus mencium tangan Imam Besar Masjid Istiqlal. |
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus, dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menandatangani deklarasi dalam pertemuan dengan para pemimpin agama di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada 5 September 2024.
Isi Deklarasi Istiqlal menyoroti peran agama terhadap krisis kemanusian dan lingkungan yang belakangan ini terjadi dalam konteks global. Bumi mencapai suhu tertinggi, terjadi perang Rusia-Ukraina dan perang Gaza atau perang Israel-Hamas dalam konflik Israel-Palestina.
Deklarasi ini dibacakan oleh Romo Christophorus Tri Harsono dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Ismail Cawidu selaku juru bicara Masjid Istiqlal.
Pembacaan Deklarasi ini juga didampingi pimpinan organisasi keagamaan di Indonesia.
Mereka di antaranya Gus Yahya Staquf dari Nahdlatul Ulama (NU), Abdul Mu'ti dari Muhammadiyah, Jacky Manuputty dari Gereja Protestan, Wisnu Bawa Tenaya dari perwakilan Hindu, Philips Kuncoro Wijaya dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Bhante Dhammasubho dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Budi Tanuwibowo dari Konghucu, dan Engkus Kuswara dari aliran kepercayaan.
Dalam keterangan kepada pers, Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengatakan bahwa Deklarasi Istiqlal 2024 bukan hanya milik Islam dan Katolik.
"Penandatangan itu bukan hanya kami berdua antara Istiqlal dengan Katedral, antara Katolik dengan Islam, tapi itu for all (untuk semua). Semua umat manusia sangat universal. Kita berharap ini menjadi viral, dan itu akan menjadi nilai tambah untuk penciptaan nilai kemanusiaan di masa depan," katanya.
Sebelum Deklarasi Istiqlal dibacakan, Paus Fransiskus menyempatkan diri melakukan kunjungan singkat di Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Terowongan ini menjadi simbol harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia dan juga simbol toleransi.
Paus Fransiskus menggambarkan Terowongan Silaturahmi sebagai jalan untuk saling mengenal "kaum beriman yang berasal dari tradisi keagamaan yang berbeda-beda".
"Dengan demikian di akhir perjalanan kita akan mampu mengenal diri mereka yang berjalan di samping kita, seorang saudara, seorang saudari yang dengannya, kita dapat berbagi kehidupan dan saling mendukung satu sama lain."
"Saya berdoa kepada Allah, Sang Pencipta segala sesuatu agar Dia memberkati semua mereka yang melewati terowongan ini, dalam semangat persahabatan, kerukunan, dan persaudaraan," kata Paus.
Apa isi Deklarasi Istiqlal 2024?
Pada intinya, terdapat dua poin penting disinggung dalam Deklarasi Istiqlal 2024 yaitu krisis kemanusiaan dan perubahan iklim.
Pertama, fenomena global dehumanisasi (krisis kemanusiaan) ditandai terutama dengan meluasnya kekerasan dan konflik yang seringkali membawa jumlah korban yang mengkhawatirkan.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah agama seringkali diperalat dalam hal ini, sehingga mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang terutama perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Padahal peran agama harus mencakup peningkatan dan pemeliharaan martabat setiap kehidupan manusia, kata Romo Christophorus Tri Harsono, saat membacakan Deklarasi bersama.
Kedua, eksploitasi manusia atas ciptaan rumah kita bersama telah berkontribusi terhadap perubahan iklim yang menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi.
Krisis lingkungan yang sedang berlangsung ini telah menjadi hambatan bagi kehidupan bersama telah menjadi hambatan bagi kehidupan bersama yang harmonis di antara kami, tambah Romo Tri Harsono.
Pembacaan Deklarasi Istiqlal kemudian dilanjutkan oleh Ismail Cawidu:
Kami bersama pemimpin agama lain yang hadir menyerukan hal-hal sebagai berikut:
1. Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita.
Sejatinya, nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, bela rasa, rekonsiliasi dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan.
2. Para pemimpin agama khususnya terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing, harus bekerjasama dalam menanggapi krisis-krisis tersebut di atas; mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil tindakan yang tepat.
3. Oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, dialog antar umat beragama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional. Terutama, konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama.
Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia. Dengan demikian, menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam terhadap martabat manusia.
4. Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati, kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas, guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya, karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya, dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita.
Dalam konferensi pers di Katedral Jakarta, Sabtu (7/9/2024), Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan Paus Fransiskus jarang menunjukan kedekatan seperti saat mencium tangan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Ia mengatakan, belum pernah melihat Paus menunjukan sikap begitu dekat dan nyaman dengan tokoh-tokoh antarumat beragama di dunia.
“Saya kira saya belum pernah melihat, gesture yang bersahabat sedalam itu. Sebelum saya melihat Bapa Suci kepalanya dicium oleh Imam Besar Nasaruddin Umar, lalu Bapa Suci mencium tangan Imam Besar Istiqlal,” tutur Suharyo.
Ia menuturkan, gesture itu juga tak nampak saat Paus Fransiskus bertemu dengan Imam Besar Masjid Al-Azhar, Ahmed Al Tayeb.
“Rasa-rasanya belum pernah saya melihat Puas membuat seperti itu dengan siapa pun. Bahkan dengan Imam Besar dari Masjid Al Azhar, tidak sejauh itu,” tuturnya.
Suharyo pun menganggap sikap Paus itu menunjukan keinginan agar masyarakat Indonesia menangkap dengan jelas pesan perdamaian yang dibawa dari Vatikan.
“Ini bagi saya adalah simbol yang sangat jelas menjadi pewarta-pewarta perdamaian. Harapannya, menjadi pewarta-pewarta persaudaraan yang sejati,” imbuh dia.
Diketahui momen keakraban antara Paus Fransiskus dan Nasaruddin umar berlangsung saat keduanya bertemu di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Saat Paus hendak meninggalkan Istiqlal, Nasaruddin kemudian mencium kepalanya dua kali.
Sri Paus pun membalas sikap Nasaruddin dengan menjabat dan mencium tangannya beberapa kali.
Media asing pun menyoroti pertemuan Pemimpin Tertinggi Katolik Dunia Paus Frasiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Indonesia, Kamis (5/9/2024).
Salah satunya media Amerika Serikat (AS), Associated Press (AP) memuat artikel dengan judul "Pope and imam of Southeast Asia's largest mosque make joint call to fight violence, protect planet".
Sedangkan media Prancis AFP memuat artikel berjudul "Pope, Indonesia imam warn against using religion to stoke conflict".
NB:
Sumber tulisan diambil dari BBC News Indonesia, Kompas, dan CNBC Indonesia.