Halaman

Merpati Kecil yang Malang

Pada suatu pagi di sebuah desa kecil yang sangat indah, sinar mentari jatuh di padang rumput hijau dengan menampilkan cahaya hijau kemilauan. Rerimbunan pohon yang berwarna warni menghiasi sepanjang desa dengan selingan kicauan burung-burung yang merdu. Butir-butir embun menetes satu per satu, berkilau dengan bias sinar mentari, menambah pagi hari itu lebih indah. 

Di situ hiduplah seekor burung merpati betina yang sedang bertelur. Setelah beberapa hari mengerami telur-telurnya, akhirnya menetaslah telur-telur itu satu per satu dan keluarlah 4 ekor anak burung. Induk burung itu kemudian terbang melayang ke angkasa untuk mencari makanan. Hari demi hari berlalu, anak-anak burung itu bertumbuh semakin besar. Akibatnya mereka saling berdesakkan. Sarang itu terasa tak cukup lagi untuk mereka. 

Pada suatu hari ketika induk mereka sedang mencari makan, terjadilah sesuatu yang buruk. Anak-anak burung itu saling dorong berebutan tempat. Lalu seekor dari mereka berkata, ”Hentikan!” dan seketika itu mereka terdiam utk beberapa saat. ”Sebentar lagi ibu kita akan datang jadi bersabarlah sedikit dan kita katakan apa yang kita mau.” Tetapi mereka tak mendengarkan kata-katanya malah sebaliknya mereka tertawa terbahak-bahak dan mengejeknya, kata mereka, ”Dasar jelek!” Si anak burung itu diam saja. Lalu seekor anak burung merpati yg lain berkata, ”Kita singkirkan saja dia dari sini supaya tempat ini menjadi lebih luas. Lagipula dia besar dan jelek, bulunya kasar dan warnanya tak menarik. Setuju?” Lalu mereka terdiam sejenak dan setelah itu mereka serempak berteriak, ”Setuju!!!”
Seketika itu juga mereka bersama-sama mendorongnya keluar dari sarang itu. Merpati kecil yang malang itu jatuh dan tak sadarkan diri. Setelah beberapa saat kemudian dia sadar dan berusaha mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Akhirnya ia segera menyadari bahwa ternyata dia telah di buang oleh saudara-saudaranya sendiri.

Merpati kecil yang malang itu melompat-lompat ingin kembali ke sarangnya. Tetapi sayang sekali usahanya gagal, karena dia sama sekali belum bisa terbang. Merpati kecil yang malang itu melihat sekelilingnya dan berkata, ”Oh, untung sekali aku bisa jatuh di rerumputan yang tebal ini, kalau tidak aku pasti dari tadi sudah menjadi bangkai.” Lalu dengan sedih dia melihat sekali lagi pohon besar dan tinggi yang menjadi tempat sarang mereka, kemudian dia segera pergi dari tempat itu. 

Merpati kecil yang malang itu berjalan masih agak lamban, tetapi dia terus berjalan dan tidak berhenti. Kemudian tibalah dia di tepi sebuah danau yang besar. Di sana dia melihat bangau yang sedang mencari ikan untuk diberikan kepada anak-anaknya dan juga beberapa ekor itik yang sedang berenang berderetan melintasi danau yang biru itu. ”Oh, alangkah bahagianya mereka,” kata merpati kecil yang malang itu. Dia lalu meneruskan perjalanannya masuk ke dalam sebuah hutan yang luas dengan pepohonan yang lebat. Ketika di tengah hutan dia mulai merasa lapar. Dia melihat sekelilingnya dan berkata, ”Wah, di sini sangat sulit sekali mencari makan, lagipula saya belum bisa terbang.” Tiba-tiba merpati kecil itu melihat seekor burung bangau yang sedang memberi makan anak-anaknya. Dia mendekati bangau itu dan berkata, ”Mak Bangau, bolehkah saya meminta sedikit makanan, saya sudah dua hari belum makan.” Jawab bangau itu, ”Pergi sana! Enak saja mau minta makan segampang itu. Kalau makanan ini kuberikan padamu, lalu aku harus mencari makan lagi? Sedangkan di hutan ini sulit sekali mencari makan.” Lalu si bangau  menendangnya kuat-kuat hingga merpati kecil yang malang itu terlempar jauh. Seluruh tubuh merpati kecil yang malang itu terasa sakit semuanya tapi dia tetap melanjutkan perjalanannya. Lama-kelamaan rasa laparnya mulai menjadi-jadi mengalahkan rasa sakit akibat tendangan bangau tadi. Tubuhnya terasa semakin lemah. Tiba-tiba sampailah dia di sebuah padang rumput yang luas. Merpati kecil itu berjalan terus menelusuri rerumputan. Tetapi tubuhnya kian lelah dan iapun tertidur.

Keesokan harinya setelah matahari terbit, merpati kecil yang malang itu melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba merpati kecil itu terkejut, seekor ayam hutan telah berdiri tepat didepannya dan siap mematuknya. Merpati kecil yang malang itu lari terbirit-birit karena takut. Dia terus berlari hingga akhirnya sampailah dia di sebuah danau. Dia melihat ikan-ikan berenang kesana-kemari. Karena lapar yang tak tertahankan merpati kecil yang malang itu mencoba mematuk ikan yang berada di dalam air. Tetapi sial, tidak seekor ikanpun di dapatkan karena merpati kecil itu belum berpengalaman . Dia mematuk ikan itu beberapa kali tetapi tak berhasil, malahan hidungnya kemasukan air. Tetapi karena rasa lapar yang tak tertahankan dia mencoba sekali lagi. Dengan berusaha sekuat tenaga dia mematuk seekor ikan kecil dan akhirnya berhasil mendapatkannya. Lalu dia pergi dari danau itu setelah bisa mengisi sesuatu ke perutnya yang kosong.

Tiba-tiba merpati kecil yang malang itu mendengar suara gemuruh yang semakin dekat. Dia terkejut karena ternyata itu adalah suara kuda yang berlari ke arahnya. Merpati kecil yang malang itu berlari menghindar. Tetapi malang, baru saja beberapa langkah dia berlari, tiba-tiba kaki seekor kuda melayang ke arahnya. Merpati kecil yang malang itu terlempar jauh dan jatuh di atas tumpukan jerami kering. Seketika itu, pandangannya menjadi kabur dan dia jatuh pingsan. Beberapa saat kemudian merpati kecil itu sadar. Dia melihat sekelilingnya dan ternyata dia terlempar di atas tumpukan makanan kuda. Disanapun dia melihat sebuah rumah papan yang cukup besar. Di sebelahnya ada sebuah kincir air yang besar dan juga seorang gadis cilik yang sedang bermain di depan halaman rumahnya. Ketika merpati kecil itu hendak berdiri tiba-tiba dia merasakan sakit seluruh badannya akibat tendangan kuda tadi. Tetapi dia berusaha bangkit kembali dan pergi dari tempat itu. Ketika hendak keluar dari pintu kandang kuda dia bertepatan dengan seekor kucing berwarna hitam yang besar dan garang. Merpati kecil yang malang itu ketakutan. Tanpa diduga merpati kecil itu, kucing yang garang itu menyerang dengan gigi dan kuku-kukunya yang tajam. Merpati itu berlari menghindari serangan kucing, dan berhasil  meloloskan diri dari kucing yang rupanya penjaga gudang makanan kuda itu dari tikus. Sayangnya, punggung merpati kecil yang malang itu robek kena sabetan kuku kucing tadi, tetapi dia tidak menghiraukannya. Dia segera melanjutkan perjalanannya. 
Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk belajar terbang karena memang umurnya sudah cukup dewasa untuk bisa terbang. Kemudian merpati itupun berlari sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Usahanya itu dilakukan berulang-ulang meskipun sering terjatuh dan diejek oleh hewan-hewan yang lain. Gerakan itu dilakukan tanpa dibantu siapa-siapa. Dia terus berusaha melakukan itu dari hari ke hari. Sehingga pada suatu hari akhirnya merpati itu bisa terbang, dia melayang ke angkasa. Betapa bahagianya merpati itu karena sudah bisa terbang, tetapi dia tidak menjadi sombong karena itu. Keesokan harinya merpati itu terbang ke angkasa untuk mencari makan dan kembali ke sarangnya pada sore hari. Begitulah yang dilakukannya setiap hari.

Pada suatu hari nasib sial menimpa merpati yang malang itu. Dia tertembak oleh pemburu hutan dan sayapnya terluka. Merpati yang malang itu menjerit kesakitan dan jatuh dari angkasa dengan tak sadarkan diri. Setelah beberapa saat pingsan, lalu merpati yang malang itu sadar dan berkata, ”Apa yang telah terjadi padaku? Mengapa sayapku terluka? Dan mengapa aku berada di sarang burung ini? Oh, aku baru ingat. Tadi aku tertembak oleh pemburu dan jatuh di... sarang ini. Tetapi sarang siapakah ini?” dan seketika itu juga terdengarlah suara, ”Eak, eak..., eak, eak...!” Seekor burung elang yang besar terbang mengitari burung merpati yang malang itu dan kemudian menyerangnya secara tiba-tiba dengan paruhnya yang runcing dan kuku-kukunya yang tajam. Merpati itu secepatnya menghindar. Akhirnya mengertilah merpati itu bahwa tempat yang sedang dipakainya adalah sarang burung elang itu. Kemudian elang itu berbalik lagi dan menyerangnya. Kini merpati yang malang itu sadar bahwa bahaya sedang mengancamnya, tetapi apa daya dia tidak bisa lari karena sayapnya terluka. Merpati itu berusaha memberikan perlawanan kepada elang, tapi meskipun begitu ia merasa bahwa elang terlalu tangguh untuknya. Kalau dia terus menerus di sarang itu, dia akan dibunuh elang yang perkasa. Elang menyambar-nyambar bagaikan petir. Merpati menjadi kalang kabut. Akibat pertarungan antara merpati dan elang yang cukup lama dan saling balas menyerang, sarang itupun mulai bergoyang dan rumput-rumputnya banyak yang jatuh. Pada suatu waktu sarang itu terlepas dari batang pohon dan jatuh bersama merpati yang berada di atasnya. Sarang itu jatuh melayang ke tanah. Untunglah merpati itu dilindungi oleh sarang elang yang tebal sehingga dia selamat. Terpaksa merpati mencari tempat perlindungan yang aman baginya karena sayapnya terluka. Dia menemukan sebuah pohon yang sudah berlubang dan masuk ke dalamnya. Namun secara tak terduga seekor ular datang menyerangnya dan betapa terkejutnya merpati itu. Dia langsung memberikan perlawanan yang gesit kepada ular itu. Dia mencoba memberikan perlawanan dengan gaya elang yang dilihatnya dalam pertarungannya melawan elang. Ular terkejut dengan serangan-serangan merpati itu karena begitu cepat dan membawa maut. Meskipun dia adalah seekor burung merpati tetapi dia telah mengalami hidup yang keras semenjak kecil sampai dewasa, sehingga membuat dia lebih berpengalaman dalam bertahan hidup. Sadar akan keadaan yang membahayakan dirinya, ular segera pergi setelah mati-matian mempertahankan lubang pohon yang menjadi sarangnya itu. Kemudian merpati itu memasuki lubang pohon itu dan tinggal di situ sampai lukanya sembuh dan sayapnya bisa digunakan kembali. 

Beberapa hari kemudian setelah sembuh dari lukanya, merpati itu segera melayang ke angkasa untuk mencari makan. Dia melayang-layang di angkasa menikmati pemandangan dari udara yang begitu indah. Tiba-tiba merpati itu melihat segerombolan burung merpati yang sedang melintasi angkasa raya. Dia segera bertemu dengan pimpinan rombongan burung pipit dan menyatakan keinginannya untuk bergabung. Tetapi pimpinan rombongan itu tak menerimanya karena ukuran tubuh dan warna bulunya tidak sama dengan mereka. Menurut mereka, dia mungkin seekor burung elang karena dia besar dan bulunya kasar. Merpati itu mengakui bahwa kata-kata mereka memang benar, tetapi dia merasa bahwa dia adalah seekor merpati bukan elang karena dia menetas dari telur seekor merpati betina. Diapun menjelaskan tentang asal-usulnya. Gerombolan merpati itu tak percaya dan mereka tetap menyangka dia adalah seekor elang. Lalu merpati itu sekali lagi memperhatikan keadaan dirinya. Selama ini tubuhnya memang berkembang cukup pesat menjadi jauh lebih besar dari merpati yang lain, dengan warna bulu yang beda dan juga paruh dan kuku-kuku yang jauh lebih panjang dan runcing. Merpati itu menyadari bahwa dia memang bukan merpati biasa dan juga tanpa disadarinya tubuhnya telah menjadi sebesar tubuh elang muda. 

Tiba-tiba seekor merpati betina mendekatinya dan bertanya, ”Apakah asal-usulmu yang kau ceritakan tadi memang benar?” Merpati itu menjawab, ”Iya, benar!” Lalu merpati betina itu menceritakan kejadian setahun yang lalu ketika dia sedang bertelur. Sewaktu dia pergi mencari makan dan kembali lagi ke sarangnya, dia melihat sebuah telur yang jauh lebih besar dari telur-telur yang lain. Setelah dia menelitinya ternyata itu adalah telur burung elang yang mungkin hilang atau tertukar. Dia kemudian memutuskan untuk tetap mengerami telur elang itu. Ketika menetas keluarlah 4 ekor anak burung yang lucu. Telur yang paling besar itu mengeluarkan seekor anak burung yang jauh lebih besar dari yang lainnya dan kelihatan kuat tapi bulunya agak kasar dan warnanya tak menarik. ”Suatu waktu, ketika aku sedang mencari makan untuk mereka aku merasakan sesuatu yang tak enak, lalu aku kembali untuk melihat keadaan mereka. Aku melihat tak ada kekurangan kepada anak-anakku, tetapi kemudian aku menyadari bahwa anak elang itu hilang. Aku menanyai anak-anakku satu per satu tapi tak ada yang mengaku mengetahuinya. Dalam beberapa hari aku berusaha mencarinya, tapi hasilnya nihil. Aku mengira mungkin dia telah dibawa oleh ibunya sendiri.” Demikianlah merpati betina itu bercerita.  

Kini kedua burung itu mulai mengerti bahwa mereka adalah ibu dan anak yang telah terpisah sekian lama, meskipun sebenarnya mereka bukan ibu dan anak kandung. Terungkaplah kini bahwa ternyata dia adalah seekor elang yang perkasa yang beribu seekor merpati, dan telah menjalani perjalanan hidup yang pahit dan keras. Kini namanya telah berubah menjadi elang. Kemudian dia direstui untuk hidup bersama kawanan merpati dan menjadi pemimpin mereka yang gagah perkasa dan tangguh.

~AnQ~

(Dongeng kenangan yang saya buat saat SMP)

0 Comments:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijaksana dan bertanggung jawab. Terima kasih.

OTHER POSTS

TRANSLATE

TOTAL PAGEVIEWS

  • "THANKS FOR YOUR VISIT!"



    logger

LATEST PRAYER POSTS

 
Copyright © GLORIA DEI World
Design by FlexiThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com | Modified by Franky